Selasa, 20 Januari 2015

Membuat Jurnal Retur Penjualan Dengan PPN


Ditulisan ini saya akan bahas khusus cara membuat jurnal retur penjualan dengan PPN—untuk perusahaan yang sudah berstatus PKP.
Perlakuan akuntansinya sama saja, hanya saja menjadi sedikit lebih rumit karena adanya unsur PPN dalam penjualannya.

Contoh Kasus Retur Penjualan Dengan PPN

PT. JAK sudah berstatus PKP. Tanggal 23 September 2011 PT. JAK menjual 10 unit komputer kepada PT. ABC yang juga berstatus PKP seharga Rp 5,000,000 per unit dengan termin pembayaran kredit 30 hari setelah penyerahan. Harga Pokok Penjualan (HPP) 1 unit komputer adalah Rp 4,000,000. Atas transaksi penjualan tersebut dijurnal:
Saat penjualan (23-September-2011):
[Debit]. Piutang Dagang – PT. ABC = Rp 55,000,000
[Kredit]. Penjualan – 10 Unit Komputer = Rp 50,000,000
[Kredit]. Utang PPN = Rp 5,000,000
(Penjualan = 10 x 5,000,000 = 50,000,000. PPN = 10% x 50,000,000 = 5,000,000)
Dan;
[Debit]. Harga Pokok Penjualan = Rp 40,000,000
[Kredit]. Persediaan  – 10 Unit Komputer = Rp 40,000,000
(HPP = 10 x 4,000,000 = Rp 40,000,000)

Saat Membayar PPN (8 Oktober 2011):
[Debit]. Utang PPN = Rp 5,000,000
[Kredit]. Kas = Rp 5,000,000

Karena suatu dan lain hal, tanggal 11 Oktober 2011 terjadi retur—atas persetujuan PT. JAK, PT. ABC mengembalikan 3 unit komputer. Atas PPN yang sudah terlanjur dipotong dan disetorkan, dapat dikreditkan pada laporan PPN di masa PPN berikutnya. Dengan catatan, dapat menunjuk  nomor invoice (nota tagihan) dan No seri Faktur pajak keluarannya. Sehingga untuk retur penjualan ini dicatat dengan jurnal:
Saat retur (11 Oktober 2011):
[Debit]. Retur Penjualan – 3 Unit Komputer = Rp 15,000,000
[Debit]. Utang PPN – Retur dari PT. ABC Inv#01, PFK #100.008.256 = Rp 1,500,000
[Kredit]. Piutang Dagang – PT. ABC = Rp 16,500,000

Perhatikan: setelah jurnal retur penjualan ini dimasukan, maka buku besar akun ‘Utang PPN’ menjadi bersaldo debit sebesar Rp 1,500,000, dan akan terhapus nanti di masa PPN berikutnya.
Katakanlah tanggal 20 Oktober 2011 PT. JAK menjual barang dagangan senilai Rp 100,000,000 kepada PT. XYZ, dengan Harga Pokok Penjualan Rp 90,000,000. Atas penjualan tersebut di jurnal:
Saat Penjualan (20-Oktober-2011):
[Debit]. Piutang Dagang – PT. XYZ = Rp 110,000,000
[Kredit]. Penjualan = Rp 100,000,000
[Kredit]. Utang PPN = Rp 10,000,000
Dan;
[Debit]. Harga Pokok Penjualan = Rp 90,000,000
[Kredit]. Persediaan = Rp 90,000,000

Perhatikan lagi: Setelah jurnal penjualan dimasukkan, maka akun buku besar ‘Utang PPN’ akan menunjukkan angka:
Rp 10,000,000 – Di sisi Debit
Rp   1,500,000 – Di sisi Kredit (-)
Rp   8,500,000 – Saldo Utang PPN

Dengan demikian, maka ‘PPN Terutang’ PT. JAK menjadi sebesar Rp 8,500,000 saja. Sehingga saat pembayaran PPN (8 November 2011) di jurnal:
[Debit]. Utang PPN = Rp 8,500,000
[Kredit]. Kas = Rp 8,500,000

Setelah jurnal pembayaran PPN  di atas dimasukan, maka saldo akun ‘Utang PPN’ di buku besar menjadi nol, alias lunas.
http://jurnalakuntansikeuangan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar